Penerbit Mayor, Indie, dan Self Publishing, Manakah yang Lebih Baik?
![]() |
Memiliki buku solo adalah keinginan banyak penulis, terlebih jika bukunya bisa berjejer di antara rak buku best seller. Ada beberapa cara yang bisa kamu pilih jika ingin karyamu cetak, yaitu melalui penerbit mayor, penerbit indie, atau self publishing.
Lantas apa perbedaan antara ketiganya dan manakah yang lebih baik? Simak penjelasannya dalam artikel berikut ini.
Jenis-jenis Penerbitan
Untuk mengetahui penerbit mana yang paling tepat untukmu, maka perlu diketahui terlebih dahulu pengertian ketiganya. Penjelasan sederhananya sebagai berikut.
1. Penerbit Mayor
Tahukah kamu toko buku terbesar yang cabangnya ada di hampir seluruh kota besar di Indonesia? Yap, Gramedia. Salah satu penerbit mayor terbesar di Indonesia yang bukunya nggak kaleng-kaleng. Banyak penulis terkenal yang bukunya naik cetak melalui penerbit ini, seperti Tere Liye, Leila S. Chudori, Henry Manampiring, dan masih banyak lagi.
Sebenarnya apa sih penerbit mayor itu? Dilansir dari blog bukupedia, penerbit mayor adalah penerbit yang skalanya sudah besar, baik dari modal usaha maupun sepak terjang di dunia penerbitan.
Jika kamu menerbitkan buku di penerbit mayor, maka naskahmu akan menjadi tanggung jawab penuh penerbit, mulai dari desain cover, editing naskah, hingga distribusi dan pemasaran. Nantinya penulis akan mendapat royalti sesuai kesepakatan awal.
Karena kemudahan itulah, banyak penulis yang mengincar penerbit mayor sebagai rumah untuk karya mereka. Eits, tapi kabarnya untuk bisa tembus penerbit mayor membutuhkan perjuangan dan effort yang luar biasa lho.
2. Penerbit Indie
Sulitnya tembus penerbit mayor, menjadikan beberapa penulis memilih alternatif lain yang lebih mudah, yaitu penerbit indie. Penulis berkolaborasi dengan penerbit yang menyediakan layanan penerbitan untuk menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
Berbeda dengan penerbit mayor yang melahap semua genre, penerbit indie biasanya mengkhususkan pada genre, topik, atau pasar tertentu. Karenanya penerbit bisa memberi perhatian yang lebih intens pada naskah penulis karena hanya terfokus pada genre tertentu. Hubungan yang kolaboratif antara penerbit dan penulis membuat proses penerbitan bisa lebih totalitas.
3. Self Publishing
Nah, jalur ketiga untuk menerbitkan buku adalah melalui self publishing atau menerbitkan buku secara mandiri. Penulis bisa bereksperimen penuh dengan karyanya, mulai dari editing naskah hingga distribusi buku.
Melalui self publishing, buku bisa sampai lebih cepat ke pembaca karena tidak perlu menunggu antrean terbit seperti di penerbit mayor maupun indie. Selain itu, penulis juga memungkinkan untuk mendapat royalti yang lebih besar karena tidak ada sistem bagi hasil dengan penerbit.
Setelah mengenal sedikit tentang ketiga jenis penerbitan di atas, tentu kamu sudah punya gambaran bukan? Selanjutnya, ada perbedaan yang spesifik di antara ketiga penerbit tersebut.
Pro dan Kontra Penerbitan
Setiap jenis penerbitan tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, bisa jadi di satu sisi penerbit mayor lebih unggul tapi di sisi lain penerbit indie jauh lebih baik. Begitupun dengan self publishing yang bisa saja merupakan pilihan terbaik bagi penulis.
Berikut ini beberapa hal yang membedakan penerbit mayor, penerbit indie, dan self publishing.
1. Penerbit Mayor
Penulis akan mendapatkan dukungan penuh mulai dari editing, pemasaran, hingga distribusi. Berhasil tembus penerbit mayor juga bisa membantu membangun personal branding penulis, karena biasanya penerbit mayor sudah memiliki pasar yang luas. Menariknya lagi, penulis tidak perlu mengeluarkan biaya sepeserpun untuk penerbitan.
Namun, penulis memiliki kendali yang terbatas pada karyanya dan kemungkinan mendapatkan royalti yang lebih kecil.
2. Self Publishing
Kebalikan dari penerbit mayor, dengan melakukan self publishing maka penulis memiliki kendali penuh terhadap karyanya. Semua aspek penerbitan hingga distribusi karya dilakukan secara mandiri oleh penulis.
Akan tetapi, untuk menerbitkan buku secara mandiri, penulis juga bertanggung jawab penuh atas semua biaya penerbitan. Nantinya keuntungan yang diperoleh juga bisa jadi lebih besar, karena tidak perlu berbagi royalti dengan pihak kedua.
Selain itu, sangat disarankan untuk memiliki basis pembaca sendiri sehingga memudahkan proses pemasaran. Karenanya bagi penulis platform yang karyanya sudah dibaca jutaan orang, menerbitkan buku secara mandiri bisa menjadi pilihan terbaik.
3. Penerbit Indie
Nah, pilihan tengah antara keduanya adalah penerbit indie. Ada keseimbangan antara sumber daya penerbit dan kendali penulis terhadap karyanya. Dengan besarnya resiko dan keuntungan menjadi tanggung jawab bersama kedua belah pihak.
Hal terpenting adalah bijak dalam memilih penerbit indie. Sepak terjang penerbit bisa dilihat melalui web atau sosial media, cari tahu juga apakah pernah ada kasus yang melibatkan penerbit tersebut. Dengan begitu, penulis bisa menemukan rumah yang tepat untuk karyanya.
Pada dasarnya semua penerbit sama baiknya, tergantung kebutuhan masing-masing penulis. Sudahkah kamu memutuskan rumah terbaik untuk menerbitkan karyamu? Bagikan pengalaman unik saat menerbitkan buku di kolom komentar, ya.