Studi Islam: Belajar Islam dari Sejarah

Identitas Buku 

Judul Buku: Studi Islam
Penulis: Hamka
Penerbit: Gema Insani
Cetakan: Cetakan pertama, Jumadil Akhir 1441 H / Februari 2020 M
ISBN: 978-602-250-686-7
Jumlah halaman: viii + 376 halaman

Biografi Penulis

Buya Hamka lahir di Nagari Sungai Batang, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat pada tanggal 17 Februari 1908. Nama Hamka sendiri berasal dari nama asli beliau, Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Beliau adalah ulama dan sastrawan besar Indonesia. 

Buya Hamka dikenal aktif menjadi pengurus organisasi Muhammadiyah, pernah terjun ke dunia politik–melalui Partai Masyumi–dan menjabat sebagai Ketua Pertama Majelis Ulama Indonesia (MUI). Buya Hamka termasuk pahlawan nasional Indonesia. 

Buya Hamka berhasil menorehkan beberapa karya fenomenal dalam sejarah sastra Indonesia, seperti Di Balik Lindungan Ka’bah dan Tenggelamnya Kapal Van der Wijck. Karya legendaris Buya Hamka lainnya adalah buku Tafsir al-Azhar. Buya Hamka tutup usia di Jakarta pada tanggal 24 Juli 1981, pada usia 73 tahun.

Sinopsis

“Satu fitnah yang besar kalau ada orang yang mempertentangkan antara Islam dan Pancasila.”

Salah satu kutipan dari buku Studi Islam yang ditulis oleh Buya Hamka di atas mewakili keseluruhan isi buku. Pasalnya buku ini berisi tentang pandangan penulis mengenai keterkaitan antara berbangsa dan beragama yang pada kenyataannya saling berkesinambungan satu sama lain. Pada Bab 5 Hubungan antara Agama dan Negara menurut Islam halaman 263, penulis secara jelas menyebutkan bahwa, “Islam tidak dapat mengkhayalkan negara yang terpisah dari agama karena jika negara terpisah dari agama, hilanglah dasar tempatnya ditegakkan.”

Buku ini tidak hanya memuat pandangan penulis semata, tetapi juga menyertakan sumber sejarah yang valid. Dalam sebuah topik, Buya Hamka menuliskan setidaknya dua atau lebih cerita sejarah yang menjadi asal usul terjadinya peristiwa di masa sekarang. Pada Bab 2 misalnya, dalam pembahasan mengenai sebuah paham tentang negara sekuler, penulis menyertakan sejarah pemakzulan dinasti Usmani oleh Kamal at-Taturk yang menjadi salah satu alasan ditulisnya buku al-islamu wa Ushulul Hikmi oleh Syekh Ali Abdurraziq pada tahun 1925.

Pada Bab 7 Doktrin Islam yang Menimbulkan Kemerdekaan dan Keberanian, Buya Hamka menceritakan masa-masa kegemilangan Islam, yaitu ketika pasukan Islam berhasil menaklukkan dua kerajaan raksasa pada masa itu. Sejarah mencatat wilayah Kerajaan Romawi Timur yang berpusat di Byzantium dan Kerajaan Persia di Mada’in satu persatu jatuh di bawah penaklukkan Islam. Keberhasilan ini terjadi 25 tahun usai Rasulullah wafat, sehingga peranan beliau dalam hal ini tidak dapat diabaikan. Thomas Carlyle, seorang ahli pikir Barat, memasukkan Nabi Muhammad Saw menjadi salah seorang pahlawan pembangun dunia yang dihitung sebagai rentetan atau mata rantai yang membawa kemajuan perikemanusiaan.

Kelebihan dan Kekurangan

Beberapa catatan tentang buku ini adalah penggunaan dialek asli penulis terkadang sulit dicerna oleh masyarakat luas yang notabene berasal dari seluruh Indonesia. Selain itu, membutuhkan kecermatan dalam memahami setiap kalimatnya untuk menghindari multitafsir.

Terlepas dari beberapa kekurangan tersebut, buku Studi Islam karya Buya Hamka ini layak untuk dibaca karena dengan membaca buku ini pembaca dapat memperluas wawasan dengan banyaknya pengetahuan umum dan sejarah di dalamnya yang telah terbukti valid. Selain itu, pembaca juga dapat memahami pemikiran penulis melalui berbagai argumen yang dipaparkan dalam buku Studi Islam, di mana hal tersebut juga menunjukkan dalamnya wawasan dan pengetahuan penulis.


Next Post Previous Post
3 Comments
  • Monica Rasmona
    Monica Rasmona 6 Juli 2024 pukul 18.29

    Masyaallah, Buya Hamka ini memang paket lengkap, ulama, sastrawan, juga politisi. By the way, saya penasaran, Kak, cetakan pertama buku ini tahun 2020, berarti dicetaknya baru-baru ini, ya, setelah Buya wafat?

    • Laila RI
      Laila RI 6 Juli 2024 pukul 19.22

      Kalau dari info di internetbuku ini merupakan himpunan dari 5 brosur kecil Buya Hamka yang pernah tersiar secara terpisah-pisah (ditulis sekitar tahun 70-an). Jadi mungkin baru disatukan dan dicetak menjadi buku tahun 2020, Kak. cmiiw

  • hallobia
    hallobia 7 Juli 2024 pukul 00.02

    Sungguh beruntung sekali kita memiliki tokoh bangsa seperti buya Hamka. Kisah dan pemikirnanya selalu menginspirasi

Add Comment
comment url